JAMBI - Gubernur Jambi Al Haris, Kamis (8/9), mengajak perwakilan aktivis mahasiswa, OKP dan Ormas berdialog mengenai dampak penaikan harga BBM dan bagaimana cara menyikapi dan menemukan solusi terbaik buat kepentingan masyarakat dan pembangunan Jambi.
Mengawali dialog yang digelar di sebuah hotel di Kota Jambi itu, Haris memaparkan tentang kondisi yang dihadapi bangsa saat ini, serta sekilas mengenai alasan pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi.
“Saya mengundang adek-adek, teman-teman semua untuk hadir hari ini, terutama terkait dengan isu-isu yang sedang hangat diperbicangkan. Terutama tentang BBM, inflasi. Hal ini perlu kita bahas bersama agar tidak ada yang tersembunyi. Kita ingin bersama-sama memahami situasi yang terjadi, dan kami akan memberikan penjelasan kepada masyarakat, ” ungkap Haris.
Haris berharap kehadiran perwakilan emen mahasiswa, ormas dan OKP ikut menyampaikan aspirasi sekaligus pemikiran terbaik supaya kondisi sulit yang dikeluhkan masyarakat dan daerah saat ini teratasi dan tidak menimbulkan gejolak yang negatif.
Baca juga:
Merangin Bakal Produksi Air Kemasan
|
Al Haris menyatakan, Pemerintah Daerah sejatinya telah berupaya untuk mencegah terjadinya inflasi di Jambi. Pada tanggal 2 Agustus 2022, hasil survei BPS menyatakan bahwa Jambi memiliki inflasi tertinggi di Indonesia yaitu gabungan dari Kota Jambi dan Kabupaten Bungo, sebesar 8, 55%. Berkat intervensi dari pemprov, tingkat inflasi tersebut berhasil turun ke level 7, 7%.
Dijelaskan Haris, melalui tim TPID terus melakukan upaya menurunkan inflasi tersebut dengan melihat dan mempelajari apa saja yang menjadi pemicunya. Alhasil, salah satu penyebab adalah adanya lonjakan harga kebutuhan pokok. Antara lain cabe merah dan cabe rawit.
Pemerintah Provinsi Jambi berupaya melakukan intervensi dengan melakukan upaya memastikan ketersediaan barangnya, harga terjangkau, distirbusi lancar dan melakukan kerjasama antar daerah, antar provinsi. untuk memastikan barang komoditi tersebut tersedia.
Selain itu, juga disbabkan adanya penaikan harga BBM 03 September 2022. Pemerintah Pusat mengambil kebijakan mengurangi alokasi anggaran negara/APBN untuk subsidi BBM, sehingga harga BBM bersubsidi naik. Harga Pertalite dari Rp.7.650, - menjadi Rp.10.000, - harga Solar dari Rp.5.150, - menjadi Rp.6.800, - dan Pertamax (RON 92), dari Rp.12.500, - menjadi Rp.14.500, -.
“Sebelum kebijakan untuk penaikan harga BBM bersubsidi tersebut, Presiden dan Menteri Keuangan sudah terlebih dahulu memberikan penjelasan kepada publik tentang pertimbangan untuk menaikkan harga BBM bersubsidi. Kita yakin bahwa tujuan Pemerintah Pusat sesungguhnya tidaklah untuk menyulitkan masyarakat, tetapi menjaga keseimbangan perekonomian negara, sekaligus menjaga keberlanjutan perekonomian dan pembangunan negara, ” ungkapnya.
Al Haris menuturkan, banyak respon atas penaikan harga BBM bersubsidi tersebut, baik pernyataan pendapat maupun aksi, termasuk aksi demonstrasi menyampaikan pendapat dari rekan-rekan mahasiswa mahasiswi di Provinsi Jambi.
“Saya sangat menghargai aksi rekan-rekan mahasiswa mahasiswi dan organisasi lainnya. Saya yakin itu merupakan wujud kepedulian rekan-rekan mahasiswa. Hal itu lumrah dalam berdemokrasi. Saya mengapresiasinya, karena aksi tersebut dilaksanakan dengan tertib dan damai.(IS/mar)